kim's blog - reality to share

life is simple
why choose difficults way when there are easy way to go

Selasa, 11 September 2012

Bunga Bank Tidak Semudah Babi

Bunga bank tidak semudah babi. Sejak kecil saya dicekoki bahwa babi adalah haram. Haram itu memberi kita dosa. Dosa itu mengurangi timbangan pahala kita. Jika dosa lebih banyak dari pahala, ujungnya masuk neraka titik dan selesai. Orang tua saya pun sampai jijik jika melihat babi. Oleh karena itu, dengan alasan apapun, saya tidak mau makan babi. Menyentuhnya pun tidak. Begitu kentalnya doktrin dari orang tua saya, membuat saya berpikir tidak ada sisi positif dari babi. Jikalau kita ubah konteksnya menjadi bunga bank Bunga bank itu riba riba itu haram haram menambah dosa ujung-ujungnya neraka. Mudah sekali untuk menolak babi dan memakan babi. Tapi bunga bank merupakan hal yang sulit. Kenyataannya masih banyak orang yang memakan riba. Banyak sekali orang tidak jijik sama riba, bahkan dengan senang hati memakannya. Mengambil uang bunga bank, untuk kemudian dibelikan makanan, kemudian makanan itu kita makan. Saya yang sedikit mendapat pencerahan justru kasihan. Uang riba jika kita makan membuat badan kita juga kotor. Bukan dalam konteks higienitas makanan, tapi semacam chakra negatif yang kita makan. "Apa yang kita makan seharusnya berasal dari yang baik-baik, dari yang halal, itu akan membuat badan kita juga baik." Orang yang tidak mengerti dengan mudah mengatakan "ditabung saja di bank, kan enak dapat bunga." Bunga bank itu enak? Kalo tiba-tiba dapat penyakit yang gak tahu darimana asalnya, mungkin saja itu dari riba yang dimakan. Ada juga yang bilang, "Saya punya uang sekian nih, saya deposito-kan saja ah, nanti saya hidup tinggal ambil bunga dari deposito-nya." Anda bisa menilai sendiri akan seperti apa. ENAK? IYA. Tapi cuma enak di dunia. Hidup cuma sementara kok, bagaikan jeda antara azan/komat sampai solat(disolatkan). Masih ada hidup yang kekal abadi nanti. Memang kalau mengkaitkan dengan ekonomi, akan menjadi susah. Intinya, bunga bank itu akan menambah kekayaan kita. Di belahan manusia manapun pasti mau kekayaannya bertambah tanpa harus kerja dan tanpa risiko. Oleh karena itu, bunga bank menjadi favorable.

Senin, 23 Juli 2012

semua butuh proses

Ada iklan di TVsatu. Seorang mahasiswa bilang, "skrg IPK gue 2,75, pokoknya bulan depan, gue harus cumlaude". Dalem hati gue, "Gilak lu yak!" Sebenernya bukan hal yang mustahil mau cumlaude, (di kampus gue cumlaude = IPK diatas 3,5, gak pernah gagal di satu mata kuliah apapun, dan lulus tepat waktu (4tahun)). Cuma semua hal yang bagus itu butuh proses. Gak ada yang instant besok IP 4.00 pun belum bisa mencapai IPK 3,5. SEMUA BUTUH PROSES Walaupun dapet secara instan, beda sama kita usaha sendiri sampai nangis darah, pasti akan ada rasa kepuasan yang sangat puas kalo kita dapet dari usaha kita sendiri. Dalem ngejalanin proses juga gak bisa sembarangan. Perlu ada yg namanya strategi. Contoh, kita mau cumlaude. Cumlaude itu perlu nilai-nilai yang bagus. So gak bisa kita belajar instan H-1 (alias H-12 jam baru belajar). Minimal strategi dasar yg bisa digunain adalah belajar dari jauh-jauh hari. Jadi H-1 tinggal reviu. Nah ngejalanin strategi juga pake yang namanya manajemen. belajar dari jauh-jauh hari juga diatur, misalnya hari ini minimal baca 1 bab. Besok mata pelajaran lain juga minimal 1 bab. Gak mau kan yg dapet A cuma 1 matkul, tapi sisanya C-. Jangan jadi manusia lemah. Gak mau usaha tapi pengen bagus. Mau kurus tapi gak mau olahraga dan diet. Ngejalanin proses itu emang nyakitin. Tapi hal yang nyakitin itu yg buat kita kuat. Proses yg nyakitin itulah jalan paling terbaik dari segala jalan. Inget kan film Rocky Balboa. Supaya jadi petinju yang kuat dan tak terkalahkan, ada proses yang nyakitin untuk menjadi kuat. Lari sekian kilometer, naik tangga ratusan anak tangga, minum telur mentah, latihan keras sampai hampir pingsan. Dengan proses yang gak enak kayak gitu, itulah yang ngebuat kita mendapat hasil terbaik dan kokoh berada diatasnya.

Kamis, 19 April 2012

Akan seperti apa gue di masa depan

Sekarang sudah tanggal 20 April 2012, hal pertama yg gue lakukan adalah ngasih selamet karena hari ini adalah hari jadi gue dan dia yg ke-26. Ihiyyy, senangnya :).

Tapi masalahnya bukan itu, sebelum tanggal 20 ini, beberapa jam sebelumnya gue lagi baca-baca buku Sistem Pengendalian Manajemen, yang gue targetin malem ini, harus selesai gue baca chapter 10. Setelah itu, gue harus baca kasus yg akan dipresentasiin kelompok temen gue. Semua itu terpaksa gue lakuin karena dosennya selalu ngomong hal yang 'ngena' di hati.

Seharusnya sih gue baca-baca buku itu, eh karena gatel akhirnya gue nulis deh disini.

Beberapa hari yang lalu gue main ke labkom. Tujuannya sih mau baca kasus buat hari ini, eh tiba-tiba kepikiran untuk membuka yang lain. Hari itu juga bertepatan dengan adanya tes magang di sebuah KAP Big 4 di kampus gue. Karena kepikiran tes itu (yg gue gak ikutan), gue jadi kepikiran beberapa hal.

Pertama, apa aja ya skill yg harus gue miliki sebelum gue terjun ke dunia kerja.
Mulailah gue browsing les brevet dan kursus appraisals. Voila! ketemu! tapi pertanyaannya kapan gue mulai? Alhasil setelah berpikir pendek, gue udah mutusin gue akan les setelah proyek marching band ke Thailand ini telah lewat.

Kedua, dimana gue akan mulai karir.
Hmmhh awalnya gue pengen masuk KAP Big 4 yg TIGA dosen gue berasal dari KAP itu. Itulah KAP yg hurufnya ada delapan. Ya tau sendiri lah yaa.. Entah kenapa gue gak minat masuk KAP yg lain. SIAL... KAYAKNYA KEPALA GUE UDAH DIRACUNI DOSEN-DOSEN AUDIT GUE NIH. Apalagi dosen terakhir yg dengan bangga memamerkan software buatan kantornya di kelas. Dia juga sering promosi kantornya pas ngajar kelas. GUE KENA RACUN MEREKA NIH! Ataupun kemudian gue juga mikir hmmh kayaknya masuk second-tier seru juga. Entah kenapa gue ngerasa gak seru aja kalo lulus tapi langsung kerja di tempat bagus. Gak ada challenge-nya cuk. Intinya sih, gue pengen ngerasain yg namanya karir menanjak.

Ketiga, gue mikir setelah KAP, perusahaan migas mana ya yg akan gue masukin (ngayal gile gue)
Iya, tapi memang itulah tujuan akhir gue. Gue pengen masuk perusahaan migas. (Ya iyalah, gajinya gede buanget gitu). Selain itu gue juga pengen usaha sampingan. Siapa tahu bisa bermanfaat buat orang lain.

Terakhir. Setelah semua diatas. Gue dan PDS akan punya rumah seperti apa dan dimana yaa. Salah satu keinginan gue ya di Lombok supaya deket sama saudara dari emak.

Itulah khayalan-khayalan gue yg bahkan sekarang aja lagi ngetik ini masih ngayal. Nyambung ke pelajaran gue di Sistem Pengendalian Manajemen. Kita udah merencanakan dengan sangat baik tapi belum tentu apa yang terjadi di masa depan akan sama dengan rencana kita. Dan sekarang yg paling penting adalah USAHA supaya itu semua bisa terjadi. Sekarang harus belajar yang gak cuma tahu banyak, tapi harus ngerti.

Senin, 12 Maret 2012

Hidup buat apa sih?

Diiringi dengan lagu yang sedang gue putar, "Thank's God It's Friday" nya RAN. Mungkin gue ga begitu ngerti maksud lagu RAN. Tapi ada satu hal yang gue ngerti hanya dari judulnya. Pertama bersyukur kepada Tuhan. Kedua hari Jumat, hari yang menurut agama gue adalah hari terbaik. Trus?. Iya, generalisirnya adalah terima kasih gue bisa diberi kesempatan lagi untuk beribadah dan memohon ampunan kepada Tuhan YME. Karena Dialah gue masih bisa bernafas hingga detik ini.

Satu gelas kopi besar udah gue habisin. Awalnya niat mau baca buku Godfrey, alias Teori Akuntansi Keuangan yang udah masuk ilmu dewa. Eh gue malah chat sama doi dan buka-buka youtube. Dimulai dari dengerin lagu Enggo Lari-nya Yopie Latul sampai RAN (lagi). Dan ketika gue buka Thanks God It'ds Friday, gue jadi pengen nulis. Menulis di blog ini tentang sesuatu yang bahkan bukan guru agama yang ngajarin. Tapi justru dosen senior yang top banget. Bukan mata kuliah agama melainkan mata kuliah Sistem Pengendalian Manajemen.

Awalnya beliau hanya bercerita tentang seorang direktur utama pt xxx. Perusahaan yang memproduksi rokok di Indonesia. Beliau menceritakan bahwa sang direktur gak mau urusan sama hal-hal yang nilainya dibawah satu juta US dollar. Begini kata-kata sang direktur, "If you talk about less than one million dollar, go find other person. Dont discuss it with me". Gila!, arogan juga ini direktur. Mungkin itu ekspresi yang dikeluarkan dosen gue. Tapi mulailah ada rasionalisasi-nya. Iya juga ya, kan perusahaannya dapet laba bruto sekitar 40 triliunan rupiah. Kalo ngurusin dibawah 1 juta dollar pasti akan banyak banget urusannya sedangkan waktunya terbatas.

Lanjut cerita dosen gue menceritakan temannya yang lain. Seorang temannya dalam sebulan bisa menghasilkan nilai triliunan juga. Dosen gue cerita gini,

"Kemaren saya ketemu teman saya, dia bilang kita hidup ini buat apa sih."

"Kita kaya toh juga gak dibawa ke akhirat."

"Wah ini orang badannya masih disini tapi jiwanya udah di San Diego hills kali ya (dalem hati dosen gue)"

"Wah ini orang sekarang bisa ngomong kayak gini karena emang udah kaya banget. Udah gak mikirin duit. Saya yakin pas masih muda pasti prioritas 1 uang, prioritas 2 uang, prioritas 3 juga uang. Bahkan kalo ditanya prioritas 10 juga masih uang kali tuh."


Selain itu


Gue keinget hari minggu. Gue lagi duduk mendengar pembicaraan dua wanita. Mereka lagi ngomongin satu alumni cewek yang udah tua. Cewek itu tajirnya gatau berapa. Yang pasti kayaknya tajir banget. Satu bilang, wah dia tajir banget sampai punya perkumpulan. Perkumpulan itu temen-temennya ada dari India, dan negara lainnya. Dia udah jalan ke Eropa, Irak, di Indonesia pun semua tempat udah didatengin. Kayak pantai yang bagus banget di papua itu, apa namanya? Yang satu lagi menjawab, "Raja Ampat". Iya, Raja Ampat juga pernah didatengin. Duh enak banget deh tajir.

Gue hanya bisa termenung mendengar pembicaraan kedua orang itu. Disaat itu teringet pembicaraan dosen gue mengenai temannya yang jiwanya udah di San Diego Hills.

Ketika muda pasti kita ngejar duniawi banget. Tapi kalo udah tua baru inget Tuhan. Soal Try Out pas SMA juga mengingatkan cerita tentang Umar Kayam. Isinya kalo gak salah tentang masa muda mengejar harta namun setelah pensiun barulah kita mulai rajin sembahyang. Apa bener ya, preferensi ingat Tuhan ketika udah tajir dan udah tua.

Tapi itu salah deh.

Waktu muda, kalo udah diisi dengan ibadah akan lebih baik daripada ibadah ketika udah tua. Mumpung masih dikasi kesempatan memperberat amal kebaikan kenapa gak dilakuin dari muda. Ibadah udah kayak nabung di bank. Kalo dari muda udah rajin nabung, akan berapa besar pas udah tua. Beda halnya dengan orang yang mulai ibadah pas udah tua. Pastinya tua akan kalah kuantitas tabungannya dengan yang masih muda. Beruntung sekali orang-orang yang di masa mudanya sudah beribadah dengan kualitas yang baik.

Sebuah riwayat, "orang yang cerdas adalah orang yang dimasa hidupnya sering mengingat akhirat dan menyiapkan bekal sebaik-baiknya untuk akhirat.

Sebuah ayat, "Namun hanya sedikit dari kamu yang pandai bersyukur."

Jangan sampai ketika hari akhir datang kita akan berkata, "Aduhai celakalah kami. Sesungguhnya kami telah mendustakan Allah. Sesungguhnya kami termasuk orang-orang yang zalim"

atau, "mereka berkata, jika kami dihidupkan kembali ke muka bumi. Pastilah kami akan rajin-rajin beribadah kepada Allah. Namun jika mereka kembali dihidupkan, mereka kemudian akan ingkar terhadap janjinya dan melupakan Allah. Dan setelah mereka dimatikan kembali, mereka akan berkata celakalah kami. Apa saja yang telah kami perbuat di dunia sehingga kami lupa beribadah. Dan mereka meminta kesempatan diberi kesempatan lagi dihidupkan. Namun itu semua sudah telambat.

nb: riwayat dan ayat adalah seinget gue. Kata-katanya gak sama persis tapi intinya seperti itu.

Mencari rejeki itu diwajibin dalam agama, tapi juga harus diimbangi dengan ibadah. Akan lebih baik lagi kalo rejeki yang melimpah juga digunakan untuk membantu sesama. Dan juga rejeki yang melimpah digunakan untuk hal-hal yang membantu ibadah.

Ketika kita sudah diatas jangan lupa darimana asal kita

--- the end---

Senin, 27 Februari 2012

Muak presentasi

Presentasi, sebuah hal yang baru gue ngerti dan gue lakuan pertama kali sewaktu SMP. Bahkan sampai sekarang gue di bangku kuliah, hampir tiap kelas ada presentasi.

Dahulu kala sejak gue masih duduk di bangku SMP, sebuah pelajaran yang gue diambil bahwa penilaian presentasi di kelas ialah per individu. Setiap individu yang mempresentasikan sesuatu hal dinilai dari cara berdiri, suara, pakaian, bahasa, kejelasan penyampaian dan lain sebagainya per individu. Pernah sebuah kelompok pelajaran Geografi mempresentasikan sesuatu. Hanya ada satu orang yang berbicara dari awal sampai akhir, namun kemudian ditegur oleh guru gue karena yang lain tidak mendapat nilai. Apakah presentasi harus bergantian?

Saat ini gue sedang duduk di bangku kuliah, hampir setiap mata kuliah yang gue ambil pasti ada presentasi di dalamnya. Namun seringkali gue muak dengan presentasi. Seringkali ada individu-individu tidak bisa menyampaikan dengan jelas maksud dan tujuannya. Alhasil gue jadi ga ngerti, presenter sebenernya ngomong apa sih. Masalahnya ialah, kenapa presentasi harus bergantian? Kenapa tidak satu orang saja yang paling mengerti tentang bahan presentasi dan yang paling bisa menyampaikan dengan jelas yang menjadi juru bicara? Walaupun pasti ada jawaban politis yaitu untuk melatih individu bisa dan berani melakukan presentasi. Menurut gue tujuan utama presentasi yang paling utama ialah membuat orang lain mengerti.

Di dalam realita, sering gue mikir. Kalo nanti di dunia kerja? Apa iya presentasi bergantian? Kalau ada yang 'gak bisa ngomong' mungkin investor akan bosen dan cabut. Pastinya kalau presentasi nanti, juru bicara lah yang berbicara, ya gak sih?

Perwakilan perguruan tinggi yang terletak di kuningan, bahkan gue lupa namanya apa, pernah datang ke sekolah gue dan melakukan presentasi. Mereka terdiri dari beberapa mahasiswa dan satu orang lebih tua (mungkin dosen). Gue tertegun dengan cara Ibu itu berbicara, bahasa yang digunakan, dan bagaimana ia menegur temen gue yang lagi main hape (menguasai kelas). Apa yang dibicarakannya memiliki konstruksi deduktif. Berbicara dari awal kemudian mengerucut ke akhir. Dari kata akhirnya, kami bisa menyimpulkan maksud dan tujuannya. Untuk sebuah universitas yang gak punya nama tapi mungkin mahal karena mereka datang dengan pakaian yang rapi sehingga persepsi pertama kali ialah mereka orang yang elegan. Sebagai tambahan saja, entah kenapa, gue serius dengerin mereka dari awal sampai akhir.

Presentasi lazim menggunakan power point. Kata dosen gue, power of point, jadi yang hanya ditulis hanya point-point saja sisanya berbicara. Mungkin itu benar. Tapi power point adalah alat bantu untuk mengerti. Temen gue kemaren berbicara sangat panjang hanya dengan satu slide dan di satu slide itu hanya sub-judulnya saja. Well, ketika gue membaca handoutnya, pastinya gue gak akan paham dengan maksudnya. Kalau memang dirasa bisa membuat lebih mengerti, akan lebih baik kan kalo slide menampilkan hal yang bisa memberi ilustrasi yang membuat kita lebih mengerti dengan slide yang lebih banyak.

Yasudahlah, mungkin buat mereka yang ngomong gak jelas dan menyampaikan presentasi ngalor ngidul, pelit slide, semoga kalian bisa lebih baik.

Selasa, 14 Februari 2012

Kearifan Pak Theo

Semester 5.

Hari Jumat adalah hari dimana gue mempersiapkan diri sebaik-baiknya dengan membaca sampai mengerti materi kuliah sebelum kuliah dimulai.

Hari jumat selalu membuat jantung gue berdebar kencang.

Jam 2 merupakan jam yang kurang menyenangkan buat gue.

Jam 2 kelas Pengauditan 1 dimulai.

Sebuah kelas yang diajar oleh dosen senior yang sudah mengajar lebih dari 40 tahun.

Seorang professional auditor yang sudah pensiun dari CEO sebuah Big Four. Ketika ia datang, semua terdiam.

Ia ditemani oleh supirnya yang juga sudah tua. Supirnya berbadan bungkuk namun terlihat bersemangat menemani beliau. Setelah menaruh tas. Dosen gue membuka laptopnya.

Seperti biasa, ketika masuk kelas ia hanya memastikan, "Hari ini materi kuliahnya tentang ... ya?"

"Ada yang mau ditanyakan dari materi itu?" lanjutnya. "Kalau tidak ada saya pulang nih."

30 menit pun berlalu, dan tidak ada seorang pun yang berani mengajukan pertanyaan.

Kemudian ia membaca sebuah berita tentang pidato terakhir mengenai kematian yang diucapkan Steve Jobs (ketika itu, Steve Jobs baru saja meninggal).

Beliau membacakan pidato terakhir Steve Jobs di depan semua mahasiswa di kelas.

Pidato tersebut berisi tentang kehidupan kita dan apa yang kita lakukan dalam kehidupan kita karena setelah kita meninggal, kita tidak membawa apapun.

Itu adalah satu pelajaran hidup yang diambil oleh beliau dari internet.

Andaikan dalam sehari saja kita mengambil satu pelajaran hidup. Sudah berapa banyak pelajaran yang kita miliki dalam menjalani hidup ini?

Pantaslah beliau menjadi orang yang arif karena beliau banyak mengambil pelajaran hidup untuk kemudian menjadi hikmah bagi kehidupannya. Bagaimana dengan kita? Akankah kita menjadi orang yang arif seperti beliau?

Rabu, 11 Januari 2012

kiat ESEMKA - KITA SEHARUSNYA NARSIS

Beberapa hari ini pemberitaan ramai dengan mobil rakitan dalam negeri yang berasal dari wilayah dekat Surakarta alias Solo. Itulah mobil yang dibuat oleh teman-teman kita dari SMK yang bernama kiat Esemka. Bangga? pasti! Tapi bukan kebanggaan yang gue pengen. Gue pengen industri otomotif ini tetap eksis bahkan bisa mendunia.

Pemberitaan media massa pernah memuat berita dengan judul Djowi Jangan Narsis. Sekilas memang bikin miris. Gimana enggak, ini industri dalam negeri. Percaya gak percaya, industri ini bisa memberi pendapatan yang sangat besar bagi wilayahnya, menyerap ratusan ribu tenaga kerja jika perusahaan sudah besar, banyak pihak yang akan diuntungkan. Pada akhirnya, pendapatan yang masuk negara pun bisa meningkat. Jika dikelola dengan baik, maka kemakmuran masyarakat akan meningkat karena uang itu akan didstribusikan kembali ke masyarakat terutama ke kaum miskin.

Harapan gue, kita harus mendukung industri dalam negeri. Seperti yang pernah diserukan mantan presiden kita yang pernah ditakuti dunia, bung Karno. Berdikari - Berdiri Diatas Kaki Sendiri tidak tergantung pada negara lain. Minimal dengan membelinya bahkan bernarsis ria dengan mobil dalam negeri ini. bisa kan dibawa jalan-jalan keluar kota pamer ke daerah lain pamer mobil Esemka. Bahkan kalo bisa dibawa mejeng sampe ke luar negeri.

Harapan gue, semoga RI 1 juga memakainya. Kebangaan Presiden, kebanggaan rakyatnya. Yah pastinya mesti dikustomisasi sedikit, misalnya dilapis baja anti peluru, kaca anti peluru, ban anti tembak dan lain sebagainya kayak mobilnya Om Obama. Bahkan mobil yang milyaran yang dipake RI sekian, diganti aja sama mobil Esemka. Katanya mau majuin negeri. Buktiin dong dengan mobil Esemka dan memakainya jangan pake yg mahal itu. Kalo begitu kan berarti memang Anda ikut meningkatkan perekonomian negara bukan cuma nyanyi pas kampanye.

Semoga saja tidak ada pihak yang ingin menjatuhkan industri ini. Jangan sampai seperti ketika PT Dirgantara Indonesia sedang jaya, ada yang bilang, "kita gak butuh mainan pesawat-pesawatan yang kita butuhkan nasi supaya petani makmur." Hmmh kalo gue tahu siapa yang ngomong itu, pengen banget gue datengin dan gue teriakin persis 2cm di muke dia, "GOBLOK LU!". Sekali lagi, jika industri ini maju dan gue berandai-andai seperti Boeing saja. WOOWW AKAN BETAPA MAKMURNYA BUMI PERTIWI KITA INI. DAN GUE RASA PETANI PUN AKAN TERANGKAT KARENA DAYA BELI MASYARAKAT NAIK DAN MAMPU MEMBELI PADI DENGAN HARGA YANG LEBIH MAHAL. Lihat kan efeknya secara makro gede. Kalo kata dosen gue bukan gede lagi, GUEEEDEEE BUAANGEEET. Jadi buat orang-orang yang tak berisi otaknya. Jangan sampai ada statement aneh-aneh yang memundurkan industri yang mungkin akan jadi kebanggan negara kita ini. Terbukti dengan perkataan mainan pesawat-pesawatan kalian, kalian tidak mendukung industri negeri ini. Kalian tidak memihak rakyat. Tidak pantas kalian ada untuk mewakili kami. Banyak orang-orang pintar dan jenius kita pergi ke luar karena muak sama kalian.

Sekian. Gue harap beberapa dekade ke depan. Industri otomotif karya anak bangsa bahkan sudah ada di event internasional dengan membanggakan.